
3 Pantangan yang Menghalangi Kita Membicarakan Hal-hal Sulit
Hal-hal sulit dalam hidup memang sulit untuk dibicarakan. Kematian, kefanaan, kehilangan, dan kesulitan adalah bagian inti dari kehidupan manusia. Namun, meskipun kita semua mengalaminya, hal-hal tersebut merupakan hal tabu yang tidak sering dibicarakan secara terbuka.
Bahkan dokter dan psikiater, yang pekerjaannya melibatkan penyampaian berita berat dan berbagi informasi https://theaardvarkfl.com/ yang menantang, sering kali kesulitan untuk berbicara dengan terampil tentang bagian-bagian kehidupan ini.
Jadi, bagaimana kita membicarakan hal-hal yang sulit? Apa saja tabu yang menghalangi kita? Dari mana asalnya dan bagaimana kita dapat mengatasinya?
- Apa itu Tabu?
- 3 Pantangan Mengenai Hal-hal Sulit dalam Hidup
- Bagaimana Anda Membicarakan Hal-Hal yang Sulit?
- Dengan Siapa Anda Dapat Berbicara?
Apa itu Tabu?
Tabu adalah norma sosial atau kebiasaan yang melarang kita melakukan tindakan tertentu atau membicarakan topik tertentu. Norma sosial mengatur hidup kita. Norma tersebut membimbing kita tentang cara bertindak dan berpikir. Kita mempelajari norma sosial dari keluarga, teman, sekolah, agama, dan media. Tabu adalah norma yang diajarkan kepada kita untuk tidak pernah kita lakukan. Tekanan untuk menghindari tabu umumnya diperkuat oleh orang-orang di sekitar kita.
3 Pantangan Mengenai Hal-hal Sulit dalam Hidup
Setiap budaya memiliki pantangan yang unik. Misalnya, di Jepang, meletakkan sumpit tegak lurus di atas makanan merupakan hal yang tabu. Di Thailand, menyentuh bagian atas kepala seseorang merupakan hal yang tabu. Hal ini dapat dianggap sebagai tindakan yang invasif, karena kepala merupakan bagian yang sakral dalam ajaran Buddha Thailand. Di banyak budaya, menanyakan usia seorang wanita merupakan hal yang tabu. Itu akan dianggap tidak sopan! Pantangan ini bersifat khusus, tetapi pantangan juga bisa sangat luas. Dalam beberapa kasus, pantangan tidak mencakup seluruh topik. Jika Anda pernah mengalami pantangan, Anda tidak sendirian. Meskipun topik-topik berikut memengaruhi kita semua, berikut adalah tiga pantangan besar yang terkait dengan hal-hal sulit dalam hidup.
1. Kematian
Berbicara tentang kematian adalah hal yang sulit dilakukan, apa pun yang terjadi. Hal itu dapat terasa menakutkan, menyedihkan, atau misterius dan menimbulkan kecemasan dalam diri kita. Berbicara tentang kematian adalah hal yang tabu di sebagian besar budaya. Dalam Ilmu Perilaku, Teori Manajemen Teror menyatakan bahwa memegang pandangan dunia dan pandangan positif berfungsi sebagai perisai terhadap kecemasan akan kematian. Kita cenderung menciptakan masyarakat yang “hanya memiliki getaran baik” dan tidak suka diingatkan tentang ketidakkekalan kita sendiri. Psikolog Jerman Otto Rank berteori bahwa semua budaya, pada kenyataannya, hanyalah cara rumit bagi manusia untuk secara simbolis mengabaikan kematian . Kita berusaha keras untuk menghindari apa yang kita takuti.
Pernah mendengar seseorang berbicara tentang merencanakan pemakaman mereka sendiri ? Itu tabu. Menurut National Funeral Directors Association, hanya 36% orang Amerika yang telah menulis atau berbicara dengan orang yang mereka cintai tentang rencana akhir hidup mereka, meskipun 100% dari kita akan mengalami kematian.
2. Trauma
Ada beberapa topik yang lebih tabu daripada trauma. Dari penyerangan hingga pelecehan dalam segala bentuknya, pengalaman traumatis hampir selalu dianggap tabu. Alasannya rumit. Korban mungkin memiliki pengalaman sebelumnya saat mencoba membicarakan hal-hal tabu yang tidak berjalan dengan baik atau tidak mengesahkan. Mereka mungkin takut akan pembalasan. Atau korban mungkin merasa bersalah atau malu, menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Bisa juga ada konsekuensi praktis, seperti kehilangan pekerjaan atau teman.
Karena trauma merupakan hal yang tabu, hal itu memperkuat perasaan bahwa kita sendirian dalam pengalaman kita, meskipun pada saat kita menjadi orang dewasa yang lebih tua, lebih dari 70% dari kita telah mengalami trauma. Namun, para psikolog secara umum setuju bahwa berbicara tentang trauma adalah salah satu jalan terbaik menuju pemulihan.
3. Ras
Meskipun berita terkini terkait ras hampir selalu menjadi berita utama di AS, ras masih menjadi topik yang tabu. Mungkin orang takut malu dengan prasangka mereka, baik yang diketahui maupun tidak. Sebuah jajak pendapat Reuters mengungkapkan bahwa 40% orang kulit putih di AS tidak memiliki satu pun teman dari ras yang berbeda. Tentu saja, kurangnya pengetahuan (ketidaktahuan) dapat menyebabkan orang menghindari topik ras. Pembicaraan tentang ras di tempat kerja dianggap lebih tabu daripada uang, seks, atau politik.
Baca Juga : Cancel Culture: Fenomena Sosial Media yang Kontroversial dan Kompleks

Tabu Dalam Kehidupan Masyarakat Ingin Jaya Aceh Besar
Abstrak
Tabu merupakan suatu hal yang terlarang untuk dilakukan yang masih diyakini dan dipraktikkan dalam masyarakat meskipun masyarakat sudah hidup di dunia modern dan menghadapi globalisasi. Kepercayaan terhadap tabu sudah ada sejak lama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tabu-tabu dalam kehidupan bermasyarakat di Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian lapangan dengan metode kualitatif. Sumber data utama diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian kepustakaan juga dilakukan untuk mendukung data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Ingin Jaya masih mempercayai berbagai jenis tabu. Ada tabu yang melibatkan benda keras dan tajam seperti larangan membeli paku, jarum, benda keras/logam, dan garam di malam hari, larangan duduk di bawah tangga atau di depan pintu, dan larangan tidur di bawah langit terbuka atau tanpa atap. Kepercayaan terhadap tabu terjadi karena dua faktor. Faktor internal meliputi keluarga, …
Makalah terkait
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya tabu dalam masyarakat Banyumas. Banyumas merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode ini tidak menggunakan hitungan numerik atau matematis dan statistik dalam penafsiran data. Sumber data berasal dari wawancara dan telaah pustaka tentang budaya tabu di Banyumas dan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam jenis budaya tabu di Banyumas berdasarkan klasifikasi Wardhaugh, yaitu seks, kematian, ekskresi, fungsi tubuh, masalah agama dan politik. Masalah agama merupakan tabu yang paling banyak muncul dalam budaya Banyumas. Masyarakat percaya bahwa budaya tabu tersebut dilarang untuk dilakukan karena mereka yang melanggar tabu tersebut akan mendapatkan sanksi dan hukuman yang tidak terduga.
Dalam kolom opini “Aceh Paska Konflik dalam Demokrasi Abu-Abu” (aceHTrend.co, 25/12/2015) penulis menggambarkan bahwa rezim politik Aceh dapat dikatakan menganut sistem non-otoritarian non-demokrasi, lalu bagaimana hubungannya dengan masyarakat sipil? Di manakah slot77 posisi masyarakat sipil dalam demokrasi “abu-abu” di Aceh? Dan sejauh mana perubahan masyarakat sipil dalam masa pembangunan perdamaian paska konflik di Aceh?
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis aspek-aspek tabu di kalangan masyarakat Gorontalo baik dalam bentuk ujaran/kata maupun tindakan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi masyarakat, khususnya masyarakat pendatang di Provinsi Gorontalo. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif kualitatif, sedangkan teknik pengambilan sampel disesuaikan secara khusus dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Berdasarkan motivasi psikologis, tabu muncul dalam tiga kondisi, yaitu tabu rasa takut, tabu kehalusan, dan tabu kepatutan.
Baca Juga : 8 Hal yang Masih Sering Dianggap Tabu di Indonesia
Bahan baku pembuatan kompos, mikroorganisme lokal (MOL), dan biochar banyak tersedia di Kecamatan Ingin Jaya. Selama ini, sampah kota, sampah pertanian, dan sampah rumah tangga belum dikelola dengan baik, dianggap sebagai produk yang tidak bernilai jual, serta menimbulkan masalah lingkungan dan estetika. Sampah-sampah tersebut dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti kompos, MOL, dan biochar. Namun, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat masih sangat terbatas untuk mengolah bahan-bahan tersebut menjadi produk bernilai ekonomis. Oleh karena itu, kegiatan PKMBP dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif yang diikuti dengan sekolah lapang. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kelompok mitra yang terdiri dari anggota kelompok tani, PPL, PPL swadaya dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi pembuatan kompos, serta pembuatan MOL dan Biochar. Hasil yang dicapai adalah kegiatan PKMBP dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menguasai konsep.a